Minggu, 25 November 2012

KONSERVASI TANAH DAN AIR


KONSERVASI TANAH DAN AIR

A.    Pengertian Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakkan tanah.
Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak, dan terdapat cukup air pada musin kemarau.
Konservasi tanah dan air memiliki hubungan yang erat dengan konservasi air, karena perlakuan-perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akanmempengaruhi tata air dilingkungan tersebut dan tempat-tempai hilirnya.

B.     Metode Konservasi Tanah dan Air
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk konservasi tanah dan air :
1.      Metode vegetatif, menggunakan tanaman sebagai sarana
Beberapa cara konservasi tanah dan air yang tergolong sipil teknis dan sering dilakukan oleh petani yaitu, teras gulud dan teras bangku.
a.       Teras gulud
            Teras gulud merupakan guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air pada bagian lereng diatasnya. Teras gulud memiliki fungsi sebagai pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA).
1)      Syarat pembuatan teras gulud
·         Lahan memiliki kemiringan antara 10-40%, teras gulud juga dapat digunakan pada kemiringan 40-60%, akan tetapi kurang efektif untuk dilakukan
·         Teras gulud dapat dibuat pada tanah yang memiliki kedangkal kurang dari 20 cm tetapi memiliki  kemampuan meresapkan air dengan cepat


2) Pembuatan dan pemeliharaan 
·            Membuat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval verti-cal) yang diinginkan. 
·            Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut kebagian bawahnya. 
·            Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air. 
·            Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan. 
·            Guludan ditanami dengan rumput penguat seperti agar guludan tidak mudah rusak. 
·            Diperlukan Saluran Pembuangan Air yang diperkuat dengan rumput penguat agar aman

b.      Teras Bangku
      Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga.
Ada beberapa jenis teras bangku :
a.       Datar
Teras bangku datar adalah teras bangku yang bidang olahnya datar. 
b.      Miring ke luar
Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. 
c.       Miring  ke dalam  
Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke  SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi. 

d.      Teras irigasi
Teras irigasi biasanya diterapkan pada lahan sawah, karena terdapat tanggul penahan air.

1)  Persyaratan
·         Tanah memiliki solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng 60% dan >40 cm kalau lereng 10%. 
·         Tanah stabil, tidak mudah longsor.
·         Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi tinggi. 
·         Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.
·         Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.
2)  Cara pembuatan teras bangku 
·         Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan. 
·         Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).
·         Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.
·         Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak. Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau  Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll. 
·         Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.
·         Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatanrorak bisa dilakukan dalam saluran teras atau saluran pengelak.
·         Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam 
·         Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum dan bangunan terjunan air.
3)  Pemeliharaan 
                  Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk dijadikan pakan ternak.

2.      Metode mekanik/teknis, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana.

Beberapa teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan erosi dapat ditempuh melalui cara mekanik seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa. 

1)      Pertanaman lorong 
      Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
a.  Persyaratan
·         Kelerengan 3-40% dan kedalaman tanah > 20 cm.
·         Cocok untuk tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang.
b.  Pembuatan dan pemeliharaan 
·         Jarak antara barisan tanaman pagar ditentukan oleh kemiringan lahan dan kemampuan tanaman pagar menyediakan bahan organik. Aturan yang umum digunakan adalah dengan memilih IV sekitar 1-1,5 m tetapi untuk kemiringan lahan 3-10%,  IV diatur dengan jarak antara 0,3-1,0 m (jarak antar baris tanaman pagar tidak lebih dari 10 m). Hal ini dimaksudkan agar bahan organik yang disumbangkan tanaman pagar cukup banyak jumlahnya. 
·         Biasanya pada lereng bawah dari tanaman pagar yang berbentuk perdu, ditanami rumput yang tahan naungan. Penanaman rumput sejajar dengan barisan tanaman perdu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas menahan erosi karena jika hanya perdu, masih sering terjadi erosi. 
·         Tanaman pagar dipangkas secara berkala (terutama bila tanaman pagar mulai menaungi tanaman pokok) dan bahan hijauannya digunakan sebagai mulsa atau pakan ternak. Apabila bahan hijauan digunakan untuk pakan ternak maka pupuk kandang yang dihasilkan dikembalikan untuk memupuk tanaman pokok agar kesuburan lahan dapat dipertahankan.
c.       Persyaratan tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar
·         Dapat tumbuh dengan cepat dan apabila dipangkas secara berkala dapat cepat bertunas kembali.
·         Menghasilkan banyak bahan hijauan. 
·         Dapat menambat nitrogen dari udara (jenis leguminosa) sehingga baik untuk pupuk hijau.
·         Tingkat persaingan terhadap unsur hara dan air dengan tanaman pokok relatif rendah.
·         Memiliki perakaran vertikal yang kuat dan dalam. Tanaman pagar yang mempuyai penyebaran akar lateral (menyebar pada lapisan permukaan tanah) akan sangat menyaingi tanaman pokok.
·         Tidak bersifat alelopatik (mengeluarkan zat racun) terhadap tanaman pokok tetapi akan sangat ideal apabila tanaman pagar bersifat alelopatik terhadap hama dan gulma.
·         Supaya mudah diterima petani, sebaiknya tanaman pagar mempunyai manfaat ganda yaitu disamping sebagai penahan erosi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak, menghasilkan buah atau untuk kayu bakar.

2)      Silvipastura 
            Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dan lain-lain.
Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain
(a) tanaman pakan di hutan tanaman industri
(b) tanaman pakan di hutan sekunder
(c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan
(d) tanaman pakan sebagai pagar hidup

Persyaratan
·         Lereng agak curam dan curam.
·         Pemilihan jenis tanaman disesuaikan dengan keinginan petani. Jika tidak, akan mematikan motivasi petani menanam dan memelihara tanaman sampai menghasilkan.

3)      Strip rumput
            Strip rumput, hampir sama dengan sistem pertanaman lorong, dibuat mengikuti kontur  (sabuk gunung) dan lebar strip 0,5 m atau lebih, dimaksudkan untuk mengurangi erosi dan penyedia pakan ternak. 
a.  Persyaratan
·         Terutama bagi rumah tangga yang memiliki ternak ruminansia.
·         Cocok untuk daerah beriklim kering maupun daerah beriklim basah. 
·         Jenis rumput yang digunakan mempunyai penyebaran perakaran vertikal yang dalam sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah.
·         Jenis rumput yang tahan naungan dan kekeringan.
·         Mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada tanah yang tidak subur.
·         Sangat baik jika memberikan efek alelopati terhadap hama. Contohnya, aroma yang dihasilkan vetiver dapat mengusir tikus.
b.  Penanaman dan pemeliharaan
·         Rumput ditanam menurut kontur terdiri dari 3 barisan rumput atau lebih dengan jarak antara barisan 20 cm.
·         Lebar strip rumput 0,5 m atau lebih.
·         Jarak antara strip rumput tergantung IV yang diinginkan dan HI bervariasi dari 2,5 m untuk kemiringan 60% sampai 40 m untuk kemiringan 5%.
·         Jika ditanam dari biji memerlukan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan dari stek/tunas hidup/bonggol.


4)      Pemberian bahan mulsa 
            Pemberian mulsa dimaksudkan  untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian. 
Fungsi lain mulsa adalah :
1)      Jika sudah melapuk dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga air lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman, dan memperkuat agregat tanah.
2)      Mengurangi kecepatan serta daya kikis aliran permukaan.
3)      Mengurangi evaporasi, memperkecil fluktuasi suhu tanah, meningkatkan jumlah pori aerasi sebagai akibat meningkatnya kegiatan jasad hidup di dalam tanah dan meningkatkan kapasitasinfiltrasi tanah. 
4)      Menyediakan sebagian zat hara bagi tanaman.
5)      Dianjurkan menggunakan 6 ton mulsa/ha/tahun atau lebih. Bahan mulsa yang paling mudah didapatkan adalah sisa tanaman.
6)      Mulsa diberikan dengan jalan menyebarkan bahan organik secara merata di permukaan tanah. 
7)      Bahan mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti jerami padi dan batang jagung.
8)      Mulsa dapat juga diberikan ke dalam lubang yang dibuat khusus dan disebut sebagai mulsa vertikal.

3.      Metode kimia, pencegahan erosi dengan cara kimia
Dengan pemanfaatan soil conditioner pemantap tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh terhadap stabilitas tanah dan memiliki pengaruh jangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah.

C.    Konservasi Tanah dan Air di Daerah Bangka Belitung
            Konservasi tanah di Bangka Berlitung terutama di Bangka menggunakan metode secara mekanik yaitu pengelolaan secara fisik. Daerah Bangka bukan daerah berbukit bukit atau lahan miring yang harus menggunakan metode vegetatif untuk melakukan konservasi tanahnya.
Untuk tanaman jangka pendek seperti palawija, metode mekanik yang digunakan yaitu pencangkulan untuk pembuatan bedengan kemudian dilakukan pemberian mulsa untuk menutup permukaan bedengan. Pemberian mulsa dianggap efektif untuk mencegah erosi.
Untuk tanaman keras, seperti Kelapa sawit, karet, dan tanaman keras lainnya tidak ada perlakuan konservasi tanah dan air tertentu yang diberikan, tetapi biasanya pada lahan tanaman industri yang berumur masih muda, adanya tanaman lain yang ditanam disela-sela tanaman industri tersebut seperti tanaman tiga bulanan, agar mendapat sinar matahari yang cukup sementara tanaman industri yang ditaman masih muda/dahan nya belum tinggi.

Sumber :
BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN
2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar