KONSERVASI TANAH DAN AIR
A. Pengertian
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakkan
tanah.
Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi
banjir yang dapat merusak, dan terdapat cukup air pada musin kemarau.
Konservasi tanah dan air memiliki hubungan yang erat dengan konservasi air, karena
perlakuan-perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akanmempengaruhi tata
air dilingkungan tersebut dan tempat-tempai hilirnya.
B. Metode
Konservasi Tanah dan Air
Ada beberapa metode
yang dapat digunakan untuk konservasi tanah dan air :
1.
Metode vegetatif, menggunakan tanaman sebagai sarana
Beberapa cara
konservasi tanah dan air yang tergolong sipil teknis dan sering dilakukan oleh
petani yaitu, teras gulud dan teras bangku.
a.
Teras
gulud
Teras
gulud merupakan guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air
pada bagian lereng diatasnya. Teras gulud memiliki fungsi sebagai pengendali
erosi dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran
permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air yang
tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA).
1) Syarat
pembuatan teras gulud
·
Lahan
memiliki kemiringan antara 10-40%, teras gulud juga dapat digunakan pada
kemiringan 40-60%, akan tetapi kurang efektif untuk dilakukan
·
Teras
gulud dapat dibuat pada tanah yang memiliki kedangkal kurang dari 20 cm tetapi
memiliki kemampuan meresapkan air dengan
cepat
2)
Pembuatan dan pemeliharaan
·
Membuat
garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval verti-cal) yang
diinginkan.
·
Pembuatan
guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut kebagian bawahnya.
·
Teras
gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur
menuju ke arah saluran pembuangan air.
·
Saluran
air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan
guludan.
·
Guludan
ditanami dengan rumput penguat seperti agar guludan tidak mudah rusak.
·
Diperlukan
Saluran Pembuangan Air yang diperkuat dengan rumput penguat agar aman
b.
Teras
Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat
dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga
terjadi suatu deretan berbentuk tangga.
Ada
beberapa jenis teras bangku :
a.
Datar
Teras
bangku datar adalah teras
bangku yang bidang olahnya datar.
b.
Miring
ke luar
Teras
bangku miring ke luar
adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun
kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli.
c.
Miring ke dalam
Teras
bangku miring ke dalam
(gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang
berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah
mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi
pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya.
Teras bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak
penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras
merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah
bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan
benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi.
d.
Teras
irigasi
Teras
irigasi biasanya
diterapkan pada lahan sawah, karena terdapat tanggul penahan air.
1) Persyaratan
·
Tanah
memiliki solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng
60% dan >40 cm kalau lereng 10%.
·
Tanah
stabil, tidak mudah longsor.
·
Tanah
tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi
tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah
atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi
tinggi.
·
Ketersediaan
tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.
·
Memerlukan
kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.
2) Cara pembuatan
teras bangku
·
Pembuatan
teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk
menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila
terjadi hujan.
·
Tanah
bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang
olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang
horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai
300%).
·
Kemiringan
bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.
·
Bibir
teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak.
Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria
decumbens, atau Vetiveria zizanioides
dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang
pH-nya >6), turi, stylo, dll.
·
Sebagai
kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran
pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam
20-25 cm.
·
Untuk
mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatanrorak bisa dilakukan
dalam saluran teras atau saluran pengelak.
·
Kalau
tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke
dalam
·
Perlu
mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum
dan bangunan terjunan air.
3)
Pemeliharaan
Pemeliharaan saluran teras
meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam saluran dan dari rorak ke
bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang mati, memangkas
rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk dijadikan
pakan ternak.
2. Metode
mekanik/teknis, menggunakan tanah, batu dan lain-lain sebagai sarana.
Beberapa
teknik konservasi tanah dan air yang mampu mengendalikan erosi dapat ditempuh
melalui cara mekanik seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura,
dan pemberian mulsa.
1) Pertanaman
lorong
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah
sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa
ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai
tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.
Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan
membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak
tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami
dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
a. Persyaratan
·
Kelerengan
3-40% dan kedalaman tanah > 20 cm.
·
Cocok
untuk tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang.
b. Pembuatan dan
pemeliharaan
·
Jarak
antara barisan tanaman pagar ditentukan oleh kemiringan lahan dan kemampuan
tanaman pagar menyediakan bahan organik. Aturan yang umum digunakan adalah
dengan memilih IV sekitar 1-1,5 m tetapi untuk kemiringan lahan 3-10%, IV diatur dengan jarak antara 0,3-1,0 m
(jarak antar baris tanaman pagar tidak lebih dari 10 m). Hal ini dimaksudkan
agar bahan organik yang disumbangkan tanaman pagar cukup banyak jumlahnya.
·
Biasanya
pada lereng bawah dari tanaman pagar yang berbentuk perdu, ditanami rumput yang
tahan naungan. Penanaman rumput sejajar dengan barisan tanaman perdu
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas menahan erosi karena jika hanya
perdu, masih sering terjadi erosi.
·
Tanaman
pagar dipangkas secara berkala (terutama bila tanaman pagar mulai menaungi
tanaman pokok) dan bahan hijauannya digunakan sebagai mulsa atau pakan ternak.
Apabila bahan hijauan digunakan untuk pakan ternak maka pupuk kandang yang
dihasilkan dikembalikan untuk memupuk tanaman pokok agar kesuburan lahan dapat
dipertahankan.
c. Persyaratan
tanaman untuk digunakan sebagai tanaman pagar
·
Dapat
tumbuh dengan cepat dan apabila dipangkas secara berkala dapat cepat bertunas
kembali.
·
Menghasilkan
banyak bahan hijauan.
·
Dapat
menambat nitrogen dari udara (jenis leguminosa) sehingga baik untuk pupuk
hijau.
·
Tingkat
persaingan terhadap unsur hara dan air dengan tanaman pokok relatif rendah.
·
Memiliki
perakaran vertikal yang kuat dan dalam. Tanaman pagar yang mempuyai penyebaran
akar lateral (menyebar pada lapisan permukaan tanah) akan sangat menyaingi
tanaman pokok.
·
Tidak
bersifat alelopatik (mengeluarkan zat racun) terhadap tanaman pokok tetapi akan
sangat ideal apabila tanaman pagar bersifat alelopatik terhadap hama dan gulma.
·
Supaya
mudah diterima petani, sebaiknya tanaman pagar mempunyai manfaat ganda yaitu
disamping sebagai penahan erosi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan
ternak, menghasilkan buah atau untuk kayu bakar.
2) Silvipastura
Sistem silvipastura sebenarnya
bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan
bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah,
setaria, dan lain-lain.
Ada beberapa
bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain
(a) tanaman pakan
di hutan tanaman industri
(b) tanaman
pakan di hutan sekunder
(c) tanaman
pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan
(d) tanaman
pakan sebagai pagar hidup
Persyaratan
·
Lereng
agak curam dan curam.
·
Pemilihan
jenis tanaman disesuaikan dengan keinginan petani. Jika tidak, akan mematikan motivasi
petani menanam dan memelihara tanaman sampai menghasilkan.
3) Strip
rumput
Strip
rumput, hampir sama dengan sistem pertanaman lorong, dibuat mengikuti
kontur (sabuk gunung) dan lebar strip
0,5 m atau lebih, dimaksudkan untuk mengurangi erosi dan penyedia pakan
ternak.
a. Persyaratan
·
Terutama
bagi rumah tangga yang memiliki ternak ruminansia.
·
Cocok
untuk daerah beriklim kering maupun daerah beriklim basah.
·
Jenis
rumput yang digunakan mempunyai penyebaran perakaran vertikal yang dalam
sehingga daya saingnya terhadap tanaman utama menjadi rendah.
·
Jenis
rumput yang tahan naungan dan kekeringan.
·
Mempunyai
daya adaptasi yang tinggi pada tanah yang tidak subur.
·
Sangat
baik jika memberikan efek alelopati terhadap hama. Contohnya, aroma yang
dihasilkan vetiver dapat mengusir tikus.
b. Penanaman dan pemeliharaan
·
Rumput
ditanam menurut kontur terdiri dari 3 barisan rumput atau lebih dengan jarak
antara barisan 20 cm.
·
Lebar
strip rumput 0,5 m atau lebih.
·
Jarak
antara strip rumput tergantung IV yang diinginkan dan HI bervariasi dari 2,5 m
untuk kemiringan 60% sampai 40 m untuk kemiringan 5%.
·
Jika
ditanam dari biji memerlukan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan
dari stek/tunas hidup/bonggol.
4) Pemberian
bahan mulsa
Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar
dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup
efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi
dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan
mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari
sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau
didatangkan dari luar lahan pertanian.
Fungsi lain mulsa adalah :
1) Jika sudah melapuk dapat meningkatkan kemampuan tanah
menahan air sehingga air lebih tersedia untuk pertumbuhan tanaman, dan
memperkuat agregat tanah.
2)
Mengurangi
kecepatan serta daya kikis aliran permukaan.
3)
Mengurangi
evaporasi, memperkecil fluktuasi suhu tanah, meningkatkan jumlah pori aerasi
sebagai akibat meningkatnya kegiatan jasad hidup di dalam tanah dan
meningkatkan kapasitasinfiltrasi tanah.
4)
Menyediakan
sebagian zat hara bagi tanaman.
5)
Dianjurkan
menggunakan 6 ton mulsa/ha/tahun atau lebih. Bahan mulsa yang paling mudah
didapatkan adalah sisa tanaman.
6)
Mulsa
diberikan dengan jalan menyebarkan bahan organik secara merata di permukaan
tanah.
7)
Bahan
mulsa yang baik adalah bahan yang sukar melapuk seperti jerami padi dan batang
jagung.
8)
Mulsa
dapat juga diberikan ke dalam lubang yang dibuat khusus dan disebut sebagai
mulsa vertikal.
3. Metode
kimia, pencegahan erosi dengan cara kimia
Dengan pemanfaatan soil
conditioner pemantap tanah untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh terhadap
stabilitas tanah dan memiliki pengaruh jangka panjang karena senyawa tersebut
tahan terhadap mikroba tanah.
C. Konservasi
Tanah dan Air di Daerah Bangka Belitung
Konservasi
tanah di Bangka Berlitung terutama di Bangka menggunakan metode secara mekanik
yaitu pengelolaan secara fisik. Daerah Bangka bukan daerah berbukit bukit atau
lahan miring yang harus menggunakan metode vegetatif untuk melakukan konservasi
tanahnya.
Untuk tanaman jangka pendek seperti palawija, metode
mekanik yang digunakan yaitu pencangkulan untuk pembuatan bedengan kemudian
dilakukan pemberian mulsa untuk menutup permukaan bedengan. Pemberian mulsa
dianggap efektif untuk mencegah erosi.
Untuk tanaman keras, seperti Kelapa sawit, karet, dan
tanaman keras lainnya tidak ada perlakuan konservasi tanah dan air tertentu yang
diberikan, tetapi biasanya pada lahan tanaman industri yang berumur masih muda,
adanya tanaman lain yang ditanam disela-sela tanaman industri tersebut seperti
tanaman tiga bulanan, agar mendapat sinar matahari yang cukup sementara tanaman
industri yang ditaman masih muda/dahan nya belum tinggi.
Sumber :
BALAI
BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN
2007